Tuesday 4 February 2014


Pengertian Dan Jenis  - Jenis MediaDalam pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional di samping pesan, orang, teknik latar dan peralatan. Pengertian media ini masih sering dikacaukan dengan peralatan. Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakn sarana untuk  dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut (AECT, 1977).

Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam khazanah pendidikan seperto ilmu cetak-mencetak, tingkah laku (behaviorisme), komunikasi, dan laju perkembangan teknologi elektronik, media dalam perkembangannya tampil dalam berbagai jenis dan format (modul cetak, film, televisi, film bingkai, film rangkai, program radio, komputer, dan seterusnya) masing-masing dengan ciri-ciri dan kemampuannya sendiri.

Dari sini usaha-usaha penataan timbul, yaitu pengelompokan atau klasifikasi menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Beberapa contoh usaha ke arah taksonomi media tersebut antara lain adalah uraian berikut ini.

1. Taksonomi Menurut Rudy Bretz
Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara, visual dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis (line graphic) dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping itu, Bretz juga membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat 8 klasifikasi media: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audia semi-gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi-gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.

2. Hierarki Media Menurut Duncan
Dalam menyusun taksonomi media menurut hierarki pemanfaatan untuk pendidikan, Duncan ingin menjajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan lingkup sasarannya di satu pihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan, keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya di lain pihak dengan tingkat kerumitan perangkat medianya dalam satu hierarki. Dengan bahasa awam hal tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai, semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya, tetapi juga semakin umum penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya. Sebaliknya, semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya akan lebih murah, pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus, dan lingkup sasarannya lebih terbatas. Pada dasarnya, hierarki Duncan disusun menurut tingkat kerumitan perangkat dan media yang dipergunakan.

3. Taksonomi Menurut Briggs
Taksonomi ini lebih mengarah pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan, dan tranmisinya. Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar.

4. Taksonomi Menurut Gagne
Tanpa menyebutkan jenis dari masing-masing medianya, Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film beersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan kemampuan memennuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang dikembangkannya yaitu pelontar stimulus belajar, panarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih-ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik.

5. Taksonomi Menurut Edling
Dalam penyusunan ini Edling beranggapan bahwa siswa, rangsangan belajar dan tanggapan merupakan variabel kegiatan belajar dengan media. Ia berpandangan bahwa pendekatan menurut model Guilford dan Bloom cukup memadai untuk mengklasifikasikan dimensi siswa dan tanggapan, karena itu ia dalam usahanya hanya memusatkan pada variabel rangsangan saja. Menurut Edling, media merupakan bagian dari enam unsur rangsangan belajar, yaitu dua untuk pengalaman audio meliputi kodifikasi subjektif visual dan kodifikasi objektif audio, dua untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi subjektif audio dan kodifikasi objektif visual, dan dua pengalaman belajar 3 dimensi meliputi pengalaman langsung dengan orang dan pengalaman langsung dengan benda-benda. Dipandang dari banyaknya isyarat yang diperlukan, pengalaman, subjektif, objektif, dan langsung tersebut menurut Edling, hal tersebut merupakan suatu kontinum atau kesinambungan pengalaman belajar yang dapat disejajarkan dengan kerucut pengalamannya Edgar Dale (Edgar Dale's Cone of Experience).

Berbagai contoh di atas menggambarkan usaha-usaha menyusun suatu taksonomi media yang berlaku umum dan telah dilakukan sekitar seperempat abad belakangan ini. Di samping itu, dari segi kerumitan media dan besarnya biaya, Schramm (1977) membedakan media rumit dan mahal (big media) dan media sederhana dan murah (little media). Schramm juga mengelompokkan media menurut daya liputnya menjadi media massal, media kelompok,  dan media individual. Selain itu, ia juga membuat pengelompokan lain menurut kontol pemakaiannya dalam pengertian portabilitas, kesesuaiannya untuk di rumah, kesiapan setiap saat diperlukan, dapat tidaknya laju penyampaiannya di kontrol, kesesuaiannya untuk belajar mandiri, dan kemampuannya untuk memberikan umpan-balik.

Pengelompokan lain ialah pengelompokan yang dikembangkan oleh Allen. Ia berusaha menghubungkan fungsi media dengan tujuan belajar yang hendak dicapai. Dari beberapa pengelompokan media yang dikemukakan di atas dapat dilihat bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, khususnya untuk suatu sistem instruksional. Tampaknya, memang tidak pernah ada sistem pengelompokan yang sahih dan berlaku umum seperti pernyataan Meredith yang dikutip oleh U. Heidt (1976) bahwa " . . . the idea that there is any one objective 'natural' classification is somewhat absurd".

Bagaimanapun, suatu pengelompokan, apa pun bentuk dan tujuannya dapat memperjelas perbedaan dalam fungsi dan kemampuannya. Hal ini sangat diperlukan dalam menentukan pilihan atas media.


Artikel Terkait :
Dari contoh pengelompokan yang diadakan oleh Schramm, kita dapat melihat media menurut karakteristik ekonomisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput, dan kemudahan kontrol pemakai. Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun penciuman. BACA SELENGKAPNYA.

0 comments:

Post a Comment