Pengertian Dan Jenis - Jenis Media – Dalam pengertian
teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan
komponen dari sistem instruksional di samping pesan, orang, teknik latar dan
peralatan. Pengertian media ini masih sering dikacaukan dengan peralatan. Media
atau bahan adalah perangkat lunak (software)
berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan
mempergunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakn sarana untuk
dapat menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut (AECT,
1977).
Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam
khazanah pendidikan seperto ilmu cetak-mencetak, tingkah laku (behaviorisme),
komunikasi, dan laju perkembangan teknologi elektronik, media dalam
perkembangannya tampil dalam berbagai jenis dan format (modul cetak, film,
televisi, film bingkai, film rangkai, program radio, komputer, dan seterusnya)
masing-masing dengan ciri-ciri dan kemampuannya sendiri.
Dari sini usaha-usaha penataan timbul, yaitu
pengelompokan atau klasifikasi menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Beberapa contoh usaha ke arah taksonomi media tersebut antara lain
adalah uraian berikut ini.
1. Taksonomi Menurut Rudy
Bretz
Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur
pokok, yaitu suara, visual dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu
gambar, garis (line graphic) dan
simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan
indera penglihatan. Di samping itu, Bretz juga membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat 8
klasifikasi media: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3)
media audia semi-gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media
semi-gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.
2. Hierarki Media Menurut
Duncan
Dalam menyusun taksonomi media menurut hierarki pemanfaatan untuk
pendidikan, Duncan ingin menjajarkan biaya investasi, kelangkaan dan keluasan
lingkup sasarannya di satu pihak dan kemudahan pengadaan serta penggunaan,
keterbatasan lingkup sasaran dan rendahnya biaya di lain pihak dengan tingkat
kerumitan perangkat medianya dalam satu hierarki. Dengan bahasa awam hal
tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin rumit jenis perangkat media yang
dipakai, semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya, tetapi
juga semakin umum penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya.
Sebaliknya, semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya akan
lebih murah, pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus, dan
lingkup sasarannya lebih terbatas. Pada dasarnya, hierarki Duncan disusun
menurut tingkat kerumitan perangkat dan media yang dipergunakan.
3. Taksonomi Menurut
Briggs
Taksonomi ini lebih mengarah pada karakteristik menurut stimulus
atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media sendiri, yaitu kesesuaian
rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan, dan
tranmisinya. Briggs mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam
proses belajar mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio,
media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film
rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar.
4. Taksonomi Menurut Gagne
Tanpa menyebutkan jenis dari masing-masing medianya, Gagne membuat 7
macam pengelompokan media, yaitu benda untuk didemonstrasikan, komunikasi
lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film beersuara, dan mesin
belajar. Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan kemampuan
memennuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang dikembangkannya yaitu
pelontar stimulus belajar, panarik minat belajar, contoh perilaku belajar,
memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih-ilmu, menilai
prestasi, dan pemberi umpan balik.
5. Taksonomi Menurut
Edling
Dalam penyusunan ini Edling beranggapan bahwa siswa, rangsangan
belajar dan tanggapan merupakan variabel kegiatan belajar dengan media. Ia
berpandangan bahwa pendekatan menurut model Guilford dan Bloom cukup memadai
untuk mengklasifikasikan dimensi siswa dan tanggapan, karena itu ia dalam
usahanya hanya memusatkan pada variabel rangsangan saja. Menurut Edling, media
merupakan bagian dari enam unsur rangsangan belajar, yaitu dua untuk pengalaman
audio meliputi kodifikasi subjektif visual dan kodifikasi objektif audio, dua
untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi subjektif audio dan kodifikasi
objektif visual, dan dua pengalaman belajar 3 dimensi meliputi pengalaman
langsung dengan orang dan pengalaman langsung dengan benda-benda. Dipandang
dari banyaknya isyarat yang diperlukan, pengalaman, subjektif, objektif, dan
langsung tersebut menurut Edling, hal tersebut merupakan suatu kontinum atau
kesinambungan pengalaman belajar yang dapat disejajarkan dengan kerucut
pengalamannya Edgar Dale (Edgar Dale's Cone of Experience).
Berbagai contoh di atas menggambarkan usaha-usaha menyusun suatu
taksonomi media yang berlaku umum dan telah dilakukan sekitar seperempat abad
belakangan ini. Di samping itu, dari segi kerumitan media dan besarnya biaya,
Schramm (1977) membedakan media rumit dan mahal (big media) dan media sederhana dan murah (little media). Schramm juga mengelompokkan media menurut daya
liputnya menjadi media massal, media kelompok,
dan media individual. Selain itu, ia juga membuat pengelompokan lain
menurut kontol pemakaiannya dalam pengertian portabilitas, kesesuaiannya untuk
di rumah, kesiapan setiap saat diperlukan, dapat tidaknya laju penyampaiannya
di kontrol, kesesuaiannya untuk belajar mandiri, dan kemampuannya untuk
memberikan umpan-balik.
Pengelompokan lain ialah pengelompokan yang dikembangkan oleh Allen.
Ia berusaha menghubungkan fungsi media dengan tujuan belajar yang hendak
dicapai. Dari beberapa pengelompokan media yang dikemukakan di atas dapat
dilihat bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang
taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, khususnya untuk
suatu sistem instruksional. Tampaknya, memang tidak pernah ada sistem
pengelompokan yang sahih dan berlaku umum seperti pernyataan Meredith yang
dikutip oleh U. Heidt (1976) bahwa " . . . the idea that there is any
one objective 'natural' classification is somewhat absurd".
Bagaimanapun, suatu pengelompokan, apa pun bentuk dan tujuannya dapat
memperjelas perbedaan dalam fungsi dan kemampuannya. Hal ini sangat diperlukan
dalam menentukan pilihan atas media.
Artikel Terkait :
Dari contoh pengelompokan yang diadakan oleh
Schramm, kita dapat melihat media menurut karakteristik ekonomisnya, lingkup
sasarannya yang dapat diliput, dan kemudahan kontrol pemakai. Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan
membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan,
maupun penciuman. BACA SELENGKAPNYA.
0 comments:
Post a Comment