Saturday, 29 March 2014


Skala Psikologi Sebagai Alat UkurGuna mencapai tingkat objektivitas yang tinggi, penelitian ilmiah mensyaratkan penggunaan prosedur pengumpulan data yang akurat dan objektif. Pada pendekatan penelitian kuantitatif, data penelitian hanya akan dapat diinterpretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh lewat suatu proses pengukuran yang di samping valid dan reliabel, juga objektif.
Pengukuran merupakan proses kuantifikasi suatu atribut. Pengukuran yang diharapkan akan menghasilkan data yang valid harus dilakukan secara sistematis. Berbagai alat ukur telah berhasil diciptakan untuk melakukan pengukuran atribut dalam bidang fisik seperti berat badan, luas bidang datar, kecepatan kendaraan, suhu udara, dan semacamnya yang segi validitasnya semua dapat diterima secara universal. Kuantifikasi berat badan dengan mudah dilakukan dengan bantuan alat timbangan badan dan kuantifikasi kecepatan laju kendaraan dilakukan dengan bantuan speedometer sehingga angka berat badan 45kg atau laju kendaraan 60km/jam memberikan gambaran yang mudah di mengerti oleh hampir semua orang. Validitas, reliabilitas, dan objektivitas hasil pengukuran di bidang fisik tidak lagi menjadi sumber kekhawatiran orang banyak.
Pada sisi lain, pengukuran di bidang non fisik (khususnya di bidang psikologi) masih berada dalam taraf perkembangan yang mungkin tidak akan pernah mencapai kesempurnaannya. Beberapa tes dan skala psikologi standar (standar measure) dan yang telah terstandarkan (standarized measure) kualitasnya belum dapat dikatakan optimal. Kemajuan pesat di bidang teori pengukuran psikologi (psikometri) justru menyingkap sisi lemah dari banyak tes yang sudah ada dan sudah lama digunakan. Untunglah, kemajuan teori pengukuran pun memungkinkan kita untuk meningkatkan usaha guna mencapai keberhasilan dalam penyusunan dan pengembangan alat-alat ukur psikologi yang lebih berkualitas.
Pengukuran atribut-atribut psikologis sangat sukar atau bahkan mungkin tidak akan pernah dapat dilakukan dengan validitas, reliabilitas, dan objektivitas yang tinggi. Hal ini antara lain dikarenakan :
1.      Atribut psikologi bersifat latent atau tidak tampak. Oleh sebab itu, apa yang kita miliki hanyalah konstrak yang tidak akan dapat diukur secara langsung. Pengukuran terhadap konstrak laten harus dilakukan lewat indikator perilaku yang belum tentu mewakili domain (kawasan) yang tepat dikarenkan batasan konstrak psikologis tidak dapat dibuat dengan akurasi yang tinggi. Selalu ada kemungkinan terjadinya tumpang-tindih (overlapping) dengan konsep atribut lain. Di samping itu, konstrak psikologis tidak mudah pula untuk dioperasionalkan.
2.      Aitem-aitem dalam skala psikologi didasari oleh indikator-indikator perilaku yang jumlahnya terbatas. Keterbatasan itu mengakibatkan hasil pengukuran menjadi tidak cukup komprehensif sedangkan bagian dari indikator perilaku yang terbatas itu sangat mungkin pula tumpang-tindih dengan indikator dari atribut psikologiis yang lain.
3.      Respons yang diberikan oleh subjek sedikit-banyak dipengaruhi oleh variabel-variabel tidak relevan seperti suasana hati subjek, kondisi dan situasi di sekitar, kesalahan prosedur administrasi, dan semacamnya.
4.      Atribut psikologi yang terdapat dalam diri manusia stabilitasnya tidak tinggi. Banyak yang mudah berubah sejalan dengan waktu dan situasi.
5.      Interpretasi terhadap hasil ukur psikologi hanya dapat dilakukan secara normatif. Dalam istilah pengukuran, dikatakan bahwa pada pengukuran psikologi terdapat lebih banyak sumber eror.
Keterbatasan-keterbatasan pengukuran dalam bidang psikologi inilah yang menjadikan prosedur konstruksi skala-skala psikologi lebih rumit dan harus dilakukan dengan penuh perencanaan dan mengikuti langkah-langkah metodologis sehingga sumber eror yang mungkin ada dapat ditekan sesedikit mungkin. Permasalahan validitas pengukuran sudah harus diperhitungkan dan diusahakan untuk dicapai sejak dari langkah yaang paling awal sampai pada langkah konstruksi yang terakhir.

ARTIKEL TERKAIT :

Sebagai alat ukur, skala psikologi memilik karakteristik khusus yang membedakannya dari berbagai bentuk alat pengumpulan data yang lain seperti angket (questionnaire), daftar isian, inventori, dan lain-lainnya. Meskipun dalam percakapan sehari-hari biasanya istilah skala disamakan saja dengan istilah tes namun (dalam pengembangan instrumen ukur) umumnya istilah tes digunakan BACA SELENGKAPNYA.

0 comments:

Post a Comment