Wednesday, 2 April 2014


Perbedaan Skala Dan AngketMeskipun dalam pemakaian sehari-hari banyak praktisi pengukuran maupun peneliti yang menukar pakaikan saja istilah angket dan istilah skala namun perlu difahami bahwa sebagai sesama alat pengumpulan data kedua istilah tersebut sebenarnya mengandung perbedaan makna. Perbedaan tersebut antara lain adalah:

  1.       Data yang diungkap oleh angket berupa data faktual atau yang dianggap fakta dan kebenaran yang diketahui oleh subjek, sedangkan data yang diungkap oleh skala psikologi berupa konstrak atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu. Data mengenai pilihan metode KB, pendidikan terakhir, jumlah anggota keluarga, penghasilan rata-rata per bulan, jenis film yang disukai, opini atau pendapat mengenai suatu isyu, dan semacamnya merupakan data yang dapat diungkap oleh angket. Data mengenai tendensi agresivitas, sikap terhadap sesuatu, self-esteem, kecemasan laten, strategi menghadapi masalah, orientasi seksual, dan semacamnya merupakan contoh data yang harus diungkap oleh skala psikologi.
  2.       Pertanyaan dalam angket berupa pertanyaan langsung terarah kepada informasi mengenai data yang hendak diungkap. Data termaksud berupa fakta atau opini yang menyangkut diri responden. Hal ini berkaitan dengan asumsi dasar penggunaan angket yaitu bahwa responden merupakan orang yang palig mengetahui tentang dirinya sendiri. “sejak kapankah Anda berhenti merokok?” merupakan contoh pertanyaan dalam angket. Pada skala-skala psikologi, pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan. Pertanyaan yang diajukan memang dirancang untuk mengumpulkan sebanyak mungkin indikasi dari aspek kepribadian yang lebih abstrak. Pertanyaan seperti “Apakah yang Anda lakukan apabila tiba-tiba disapa oleh seseorang yang tidak Anda kenali?” lebih cocok sebagai stimulus pada skala psikologi.
  3.      Responden terhadap angket tahu persis apa yang ditanyakan dalam angket dan informasi apa yang dikehendaki oleh pertanyaan yang bersangkutan. Responden terhadap skala psikologi, sekalipun memahami isi pertanyaannya, biasanya tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut
  4.      Jawaban terhadap angket tidak dapat diberi skor (dalam arti harga atau nilai) melainkan diberi angka coding sebagai identifikasi atau klasifikasi jawaban. Respons terhadap skala psikologi diberi skor melewati proses penskalaan (scaling).
  5.       Satu angket dapat mengungkap informasi mengenai banyak hal sedangkan satu skala psikologi hanya diperuntukkan guna mengungkap suatu atribut tunggal (unidimensional).
  6.       Karakteristik yang disebutkan pada poin 2 dan poin 4 menyebabkan data hasil angket tidak perlu diuji lagi reliabilitasnya secara psikometris. Reliabilitas hasil angket terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa responden akan menjawab dengan jujur seperti apa adanya. Pada sisi lain, hasil ukur skala psikologi harus teruji reliabilitasnya secara psikometris dikarenakan relevansi isi dan konteks kalimat yang digunakan sebagai stimulus pada skala psikologi lebih terbuka terhadap eror.
  7.       Validitas angket lebih ditentukan oleh kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap sedangkan validitas skala psikologi lebih ditentukan oleh kejelasan konsep psikologis yang hendak diukur dan operasionalisasinya.

Perbedaan pokok antara skala psikologi dan angket ini menyebabkan pula perbedaan dalam cara penyusunan, cara pengujian kualitas, cara penggunaan, dan cara interpretasi hasilnya.

ARTIKEL TERKAIT :

Validitas, dalam pengertiannya yang paling umum, adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya. Artinya sejauhmana skala itu mampu mengukur atribut yang ia dirancang untuk mengukurnya. Skala yang hanya mampu mengungkap sebagian dari atribut yang seharusnya atau justru mengukur atribut lain, dikatakan sebagai skala yang tidak valid. BACA SELENGKAPNYA.

Guna mencapai tingkat objektivitas yang tinggi, penelitian ilmiah mensyaratkan penggunaan prosedur pengumpulan data yang akurat dan objektif. Pada pendekatan penelitian kuantitatif, data penelitian hanya akan dapat diinterpretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh lewat suatu proses pengukuran yang di samping valid dan reliabel, BACA SELENGKAPNYA.


0 comments:

Post a Comment