Langkah-LangkahDasar Penyusunan Skala Psikologi. Berikut
adalah uraian ringkas mengenai langkah-langkah dasar dalam perancangan dan
penyusunan skala psikologi. Langkah-langkah tersebut akan memberi gambaran bagi
penyusun skala psikologi mengenai prosedur umum yang tentu saja tidak selalu
dapat diikuti secara ketat disebabkan format dan sifat penskalaan masing-masing
model alat ukur belum tentu sama dan karenanya menuntut keluwesan dalam
pelaksanaannya.
Awal
kerja perancangan suatu skala psikologi dimulai dari identifikasi tujuan ukur,
yaitu memilih suatu definisi dan mengenali teori yang mendasari konstrak
psikologis atribut yang hendak diukur.
Kemudian
dilakukan pembatasan kawasan (domain) ukur berdasarkan konstrak yang
didefinisikan oleh teori yang bersangkutan. Pembatasan ini harus diperjelas
dengan menguraikan komponen atau dimensi-dimensi yang ada dalam atribut
termaksud. Dengan mengenali batasan ukur dan adanya dimensi yang jelas maka
skala akan mengukur secara komprehensif dan relevan, yang pada gilirannya akan
menunjang validitas isi skala.
Komponen
atau dimensi atribut teoritik yang telah jelas batasannya tidak jarang masih
perlu dioperasionalkan ke dalam bentuk yang lebih konkret sehingga penulis
aitem akan memahami benar bentuk respon yang harus diungkap dari subjek.
Operasionalisasi ini dirumuskan ke dalam bentuk indikator-indikator perilaku (behavioral
indicators).
Sebelum
penulisan aitem dimulai, perancang skala perlu menetapkan bentuk atau format
stimulus yang hendak digunakan. Format stimulus ini erat berkaitan dengan
metode penskalaannya. Dalam bab mengenai penskalaan dan penentuan skor
diuraikan beberapa cara penskalaan yang biasanya digunakan dalam penyusunan
skala psikologi. Berbeda dari pengembangan tes-tes kemampuan kognitif yang
dalam pemilihan format aitemnya memerlukan pertimbangan-pertimbangan menyangkut
keadaan responden, materi uji, dan tujuan pengukuran, dalam penentuan format
skala psikologi pertimbangannya tidak terlalu berkaitan dengan keadaaan
responden maupun tujuan penggunaan skala. Biasanya pemilihan format skala lebih
banyak tergantung pada kelebihan teoritis dan manfaat praktis format yang
bersangkutan.
Penulisan
aitem dapat dilakukan apabila komponen-komponen atribut telah jelas
identifikasinya atau bila indikator-indikator perilaku telah dirumuskan dengan
benar. Biasanya komponen-komponen atribut dan indikator-indikator perilaku
disajikan sebagai bagian dari blue-print skala. Di samping memberikan gambaran mengenai isi
dan dimensi kawasan ukur, blue-print akan menjadi acuan dalam penulisan
aitem. Penulisan aitem sendiri harus pula selalu memperhatikan kaidah-kaidah
penulisan yang sudah ditentukan. Pada tahapan awal penulisan aitem, umumnya
dibuat aitem yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada jumlah yang
dispesifikasikan oleh blue-printnya. Katakanlah sampai sekitar sekitar
tiga kali lipat dari jumlah yang nanti akan digunakan dalam skala bentuk final.
Hal ini dimaksudkan agar nanti penyusun skala tidak kehabisan aitem akibat
ggurnya aitem-aitem yang tidak memenuhi persyaratan. Menurut pengalaman, bagi
penulis-penulis aitem yang belum berada pada tahap kecakapan yang tinggi, angka
mortalitas aitem sangat besar. Hanya sebagian kecil saja aitem yang ditulis
oleh penulis yang belum terlatih yang akan selamat melewati proses seleksi
psikometris.
Reviu
(review) dilakukan pertama oleh penulis aitem sendiri, yaitu dengan
selalu memeriksa ulang setiap aitem yang baru saja ditulis apakah telah sesuai
dengan indikator perilaku yang hendak diungkap dan apakah juga tidak keluar
dari pedoman penulisan aitem. Apabila semua aitem telah selesai ditulis, reviu
dilakukan oleh beberapa orang yang berkompeten. Kompetensi yang diperlukan
(dalam hal ini) meliputi penguasaan masalah kontruksi skala dan masalah atribut
yang diukur. Selain itu penguasaan bahasa tulis standar sangat diperlukan.
Semua aitem yang diperkirakan tidak sesuai dengan spesifikasi blue-print
atau yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan harus diperbaiki atau ditulis
ulang. Hanya aitem-aitem yang diyakini akan berfungsi dengan baik yang boleh
diloloskan untuk mengikuti uji-coba lapangan.
Kumpulan
aitem yang telah melewati proses reviu dan analisis kualitatif kemudian
diujicobakan. Tujuan uji coba ini
pertama adalah untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat
dipahami oleh responden sebagaimana diinginkan oleh penulis aitem.
Reaksi-reaksi responden berupa pertanyaan mengenai kata-kata atau kalimat yang
digunakan dalam aitem merupakan pertanda kurang komunikatifnya kalimat yang
ditulis dan itu memerlukan perbaikan. Tujuan kedua, uji-coba dijadikan salah
satu cara praktis untuk memperoleh data jawaban dari responden yang akan
digunakan untuk penskalaan.
Analisis
aitem merupakan proses pengujian parameter-parameter aiem guna mengetahui
apakah aitem memenuhi persyaratan psikometris untuk disertakan sebagai bagian
dari skala. Parameter aitem yang diuji paling tidak adalah daya beda atau
daya diskriminasi aitem, yaitu kemampuan aitem dalam membedakan antara
subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak. Lebih tajam lagi, daya
beda aitem memperlihatkan kemampuan aitem untuk membedakan individu ke dalam
berbagai tingkatan kualitatif atribut yang diukur berdasar skor kuantitatif.
Dalam analisis aitem yang lebih lengkap dilakukan juga analisis indeks
validitas dan indeks reliabilitas aitem.
Hasil
analisis aitem menjadi dasar dalam seleksi aitem. Aitem-aitem yang tidak
memenuhi persyaratan psikometris akan disingkirkan atau diperbaiki lebih dahulu
sebelum dapat menjadi bagian dari skala. Sebaliknya, aitem-aitem yang memenuhi
persyaratan pun tidak dengan sendirinya disertakan ke dalam skala. Proses
kompilasi akan menentukan mana di antara aitem tersebut yang akhirnya terpilih.
Di samping memperhatikan parameter aitem, kompilai skala harus pula
mempertimbangkan proporsionalitas komonen-komponen skala sebagaimana
dideskripsikan oleh blue-printnya.
Pengujian
reliabilitas skala dilakukan terhadap kumpulan aitem-aitem terpilih yang
banyaknya disesuaikan dengan jumlah yang telah dispesifikasikan oleh blue-print.
Apabila koefisien reliabilitas skala ternyata belum memuaskan, maka penyusun
skala dapat kembali ke langkah kompilasi dan merakit ulang skala dengan lebih
mengutamakan aitem-aitem yang memiliki daya beda tinggi sekalipun perlu sedikit
mengubah proporsi aitem dalam setiap komponen atau bagian skala. Kumpulan aitem
yang memiliki daya diskriminasi tinggi akan dapat meningkatkan koefisien
reliabilitas skala. Jalan lain yang dapat ditempuh adalah menambah jumlah aitem
pada setiap komponen secara proporsional, bila perlu dengan menurunkan sedikit
kriteria seleksi aitem. Hal ini dilakukan terutama bila jumlah aitem akan
meningkatkan koefisien reliabilitas skala.
Proses
validasi pada hakikatnya merupakan proses berkelanjutan. Pada skala-skala yang
akan digunakan secara terbatas pada umumnya dilakukan pengujian validitas
berdasar kriteria sdangkan pada skala yang dimaksudkan untuk digunakan secara
luas biasanya diperlukan proses analisis faktor dan validasi silang (cross
validation).
Format
final skala harus dirakit dalam tampilan yang menarik namun tetap memudahkan
bagi responden untuk membaca dan menjawabnya. Dalam bentuk akhir, skala
dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan dan mungkin pula lembar jawaban yang
terpisah. Ukuran kertas yang digunakan perlu disesuaikan dengan panjangnya
skala sehingga jangan sampai berkas skala tampak sangat tebal yang menyebabkan
calon responden kehilangan motivasi, sedangkan pemilihan ukuran huruf perlu
juga mempertimbangkan usia responden jangan sampai memakai huruf berukuran
terlalu kecil sehingga responden agak lanjut usia kesulitan membacanya.
Artikel Terkait
:
PERBEDAAN SKALA DAN ANGKET
Meskipun dalam
pemakaian sehari-hari banyak praktisi pengukuran maupun peneliti yang menukar
pakaikan saja istilah angket dan istilah skala namun perlu difahami bahwa
sebagai sesama alat pengumpulan data kedua istilah tersebut sebenarnya
mengandung perbedaan makna. BACA SELENGKAPNYA.
KARAKTERISTIK
SKALA PSIKOLOGI
Sebagai alat
ukur, skala psikologi memilik karakteristik khusus yang membedakannya dari
berbagai bentuk alat pengumpulan data yang lain seperti angket (questionnaire),
daftar isian, inventori, dan lain-lainnya. Meskipun dalam percakapan
sehari-hari biasanya istilah skala disamakan saja dengan istilah tes namun
(dalam pengembangan instrumen ukur) umumnya istilah tes digunakan BACA SELENGKAPNYA.
nice post gan mantap
ReplyDelete:)
ReplyDelete