Monday 1 December 2014


Langkah-LangkahDasar Penyusunan Skala Psikologi. Berikut adalah uraian ringkas mengenai langkah-langkah dasar dalam perancangan dan penyusunan skala psikologi. Langkah-langkah tersebut akan memberi gambaran bagi penyusun skala psikologi mengenai prosedur umum yang tentu saja tidak selalu dapat diikuti secara ketat disebabkan format dan sifat penskalaan masing-masing model alat ukur belum tentu sama dan karenanya menuntut keluwesan dalam pelaksanaannya.
Awal kerja perancangan suatu skala psikologi dimulai dari identifikasi tujuan ukur, yaitu memilih suatu definisi dan mengenali teori yang mendasari konstrak psikologis atribut yang hendak diukur.
Kemudian dilakukan pembatasan kawasan (domain) ukur berdasarkan konstrak yang didefinisikan oleh teori yang bersangkutan. Pembatasan ini harus diperjelas dengan menguraikan komponen atau dimensi-dimensi yang ada dalam atribut termaksud. Dengan mengenali batasan ukur dan adanya dimensi yang jelas maka skala akan mengukur secara komprehensif dan relevan, yang pada gilirannya akan menunjang validitas isi skala.
Komponen atau dimensi atribut teoritik yang telah jelas batasannya tidak jarang masih perlu dioperasionalkan ke dalam bentuk yang lebih konkret sehingga penulis aitem akan memahami benar bentuk respon yang harus diungkap dari subjek. Operasionalisasi ini dirumuskan ke dalam bentuk indikator-indikator perilaku (behavioral indicators).
Sebelum penulisan aitem dimulai, perancang skala perlu menetapkan bentuk atau format stimulus yang hendak digunakan. Format stimulus ini erat berkaitan dengan metode penskalaannya. Dalam bab mengenai penskalaan dan penentuan skor diuraikan beberapa cara penskalaan yang biasanya digunakan dalam penyusunan skala psikologi. Berbeda dari pengembangan tes-tes kemampuan kognitif yang dalam pemilihan format aitemnya memerlukan pertimbangan-pertimbangan menyangkut keadaan responden, materi uji, dan tujuan pengukuran, dalam penentuan format skala psikologi pertimbangannya tidak terlalu berkaitan dengan keadaaan responden maupun tujuan penggunaan skala. Biasanya pemilihan format skala lebih banyak tergantung pada kelebihan teoritis dan manfaat praktis format yang bersangkutan.
Penulisan aitem dapat dilakukan apabila komponen-komponen atribut telah jelas identifikasinya atau bila indikator-indikator perilaku telah dirumuskan dengan benar. Biasanya komponen-komponen atribut dan indikator-indikator perilaku disajikan sebagai bagian dari blue-print skala.  Di samping memberikan gambaran mengenai isi dan dimensi kawasan ukur, blue-print akan menjadi acuan dalam penulisan aitem. Penulisan aitem sendiri harus pula selalu memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang sudah ditentukan. Pada tahapan awal penulisan aitem, umumnya dibuat aitem yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada jumlah yang dispesifikasikan oleh blue-printnya. Katakanlah sampai sekitar sekitar tiga kali lipat dari jumlah yang nanti akan digunakan dalam skala bentuk final. Hal ini dimaksudkan agar nanti penyusun skala tidak kehabisan aitem akibat ggurnya aitem-aitem yang tidak memenuhi persyaratan. Menurut pengalaman, bagi penulis-penulis aitem yang belum berada pada tahap kecakapan yang tinggi, angka mortalitas aitem sangat besar. Hanya sebagian kecil saja aitem yang ditulis oleh penulis yang belum terlatih yang akan selamat melewati proses seleksi psikometris.
Reviu (review) dilakukan pertama oleh penulis aitem sendiri, yaitu dengan selalu memeriksa ulang setiap aitem yang baru saja ditulis apakah telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkap dan apakah juga tidak keluar dari pedoman penulisan aitem. Apabila semua aitem telah selesai ditulis, reviu dilakukan oleh beberapa orang yang berkompeten. Kompetensi yang diperlukan (dalam hal ini) meliputi penguasaan masalah kontruksi skala dan masalah atribut yang diukur. Selain itu penguasaan bahasa tulis standar sangat diperlukan. Semua aitem yang diperkirakan tidak sesuai dengan spesifikasi blue-print atau yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan harus diperbaiki atau ditulis ulang. Hanya aitem-aitem yang diyakini akan berfungsi dengan baik yang boleh diloloskan untuk mengikuti uji-coba lapangan.
Kumpulan aitem yang telah melewati proses reviu dan analisis kualitatif kemudian diujicobakan. Tujuan uji  coba ini pertama adalah untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat dipahami oleh responden sebagaimana diinginkan oleh penulis aitem. Reaksi-reaksi responden berupa pertanyaan mengenai kata-kata atau kalimat yang digunakan dalam aitem merupakan pertanda kurang komunikatifnya kalimat yang ditulis dan itu memerlukan perbaikan. Tujuan kedua, uji-coba dijadikan salah satu cara praktis untuk memperoleh data jawaban dari responden yang akan digunakan untuk penskalaan.
Analisis aitem merupakan proses pengujian parameter-parameter aiem guna mengetahui apakah aitem memenuhi persyaratan psikometris untuk disertakan sebagai bagian dari skala. Parameter aitem yang diuji paling tidak adalah daya beda atau daya diskriminasi aitem, yaitu kemampuan aitem dalam membedakan antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak. Lebih tajam lagi, daya beda aitem memperlihatkan kemampuan aitem untuk membedakan individu ke dalam berbagai tingkatan kualitatif atribut yang diukur berdasar skor kuantitatif. Dalam analisis aitem yang lebih lengkap dilakukan juga analisis indeks validitas dan indeks reliabilitas aitem.
Hasil analisis aitem menjadi dasar dalam seleksi aitem. Aitem-aitem yang tidak memenuhi persyaratan psikometris akan disingkirkan atau diperbaiki lebih dahulu sebelum dapat menjadi bagian dari skala. Sebaliknya, aitem-aitem yang memenuhi persyaratan pun tidak dengan sendirinya disertakan ke dalam skala. Proses kompilasi akan menentukan mana di antara aitem tersebut yang akhirnya terpilih. Di samping memperhatikan parameter aitem, kompilai skala harus pula mempertimbangkan proporsionalitas komonen-komponen skala sebagaimana dideskripsikan oleh blue-printnya.
Pengujian reliabilitas skala dilakukan terhadap kumpulan aitem-aitem terpilih yang banyaknya disesuaikan dengan jumlah yang telah dispesifikasikan oleh blue-print. Apabila koefisien reliabilitas skala ternyata belum memuaskan, maka penyusun skala dapat kembali ke langkah kompilasi dan merakit ulang skala dengan lebih mengutamakan aitem-aitem yang memiliki daya beda tinggi sekalipun perlu sedikit mengubah proporsi aitem dalam setiap komponen atau bagian skala. Kumpulan aitem yang memiliki daya diskriminasi tinggi akan dapat meningkatkan koefisien reliabilitas skala. Jalan lain yang dapat ditempuh adalah menambah jumlah aitem pada setiap komponen secara proporsional, bila perlu dengan menurunkan sedikit kriteria seleksi aitem. Hal ini dilakukan terutama bila jumlah aitem akan meningkatkan koefisien reliabilitas skala.
Proses validasi pada hakikatnya merupakan proses berkelanjutan. Pada skala-skala yang akan digunakan secara terbatas pada umumnya dilakukan pengujian validitas berdasar kriteria sdangkan pada skala yang dimaksudkan untuk digunakan secara luas biasanya diperlukan proses analisis faktor dan validasi silang (cross validation).
Format final skala harus dirakit dalam tampilan yang menarik namun tetap memudahkan bagi responden untuk membaca dan menjawabnya. Dalam bentuk akhir, skala dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan dan mungkin pula lembar jawaban yang terpisah. Ukuran kertas yang digunakan perlu disesuaikan dengan panjangnya skala sehingga jangan sampai berkas skala tampak sangat tebal yang menyebabkan calon responden kehilangan motivasi, sedangkan pemilihan ukuran huruf perlu juga mempertimbangkan usia responden jangan sampai memakai huruf berukuran terlalu kecil sehingga responden agak lanjut usia kesulitan membacanya.
Artikel Terkait :
PERBEDAAN SKALA DAN ANGKET
Meskipun dalam pemakaian sehari-hari banyak praktisi pengukuran maupun peneliti yang menukar pakaikan saja istilah angket dan istilah skala namun perlu difahami bahwa sebagai sesama alat pengumpulan data kedua istilah tersebut sebenarnya mengandung perbedaan makna. BACA SELENGKAPNYA.
KARAKTERISTIK SKALA PSIKOLOGI
Sebagai alat ukur, skala psikologi memilik karakteristik khusus yang membedakannya dari berbagai bentuk alat pengumpulan data yang lain seperti angket (questionnaire), daftar isian, inventori, dan lain-lainnya. Meskipun dalam percakapan sehari-hari biasanya istilah skala disamakan saja dengan istilah tes namun (dalam pengembangan instrumen ukur) umumnya istilah tes digunakan BACA SELENGKAPNYA.


2 comments: